Kepemimpinan guru dan kepala sekolah dalam pendidikan islam
Membuat Narasi Opini Mahasiswa yang valid, elegan, relevan, dengan menggunakan sumber referensi yang dapat dipertanggungjawabkan, gunakan bahasa yang manusiawi lembut dan berperasaan, opini tentang kepemimpinan guru dan Kepala sekolah dalam pendidikan islam.
Berikut adalah narasi opini sebagai mahasiswa tentang kepemimpinan guru dan kepala sekolah dalam pendidikan Islam — saya harap narasi ini terasa manusiawi, lembut, berperasaan, sekaligus didukung oleh sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Opini Mahasiswa: Menggugah Jiwa Kepemimpinan dalam Pendidikan Islam
Sebagai seorang mahasiswa yang pernah menyaksikan secara langsung dinamika di sekolah dan juga memikirkan masa depan pendidikan Islam di negeri ini, saya ingin menyampaikan sebuah refleksi tentang betapa pentingnya kepemimpinan guru dan kepala sekolah dalam membentuk bukan sekadar “lulus-anak” tetapi insan muslim yang berjiwa mandiri, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Mengapa kepemimpinan itu urgen
Dalam ranah pendidikan Islam, guru dan kepala sekolah bukan hanya sebagai pengajar atau administrator, melainkan juga sebagai pemimpin moral dan spiritual. Kepemimpinan di sini bukan sekadar memberi arahan administratif, tetapi memberi teladan, menginspirasi, dan menggugah semangat. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan islami—yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam tindakan sehari-hari—berdampak positif pada loyalitas guru.
Demikian pula, guru yang dipimpin dengan baik dan diberdayakan dengan strategi yang tepat maka akan meningkat kompetensi dan profesionalismenya.
Oleh karena itu, bukan sekadar “kepala sekolah yang pandai administrasi” atau “guru yang paham materi”, tetapi kepemimpinan yang menyentuh hati, yang menghadirkan suasana sekolah sebagai komunitas pembelajar yang hangat, terbuka, dan penuh makna.
Peran guru dan kepala sekolah dalam sinergi kepemimpinan
Saya melihat dua pilar kepemimpinan yang saling melengkapi:
Kepemimpinan kepala sekolah — sebagai visioner, sebagai penggerak, sebagai yang menciptakan iklim sekolah yang kondusif. Misalnya, kepala sekolah yang melakukan supervisi, monitoring, dan memberi pelatihan kepada guru, terbukti mampu meningkatkan profesionalitas guru.
Kepemimpinan guru — di kelas, guru menjadi pemimpin kecil yang punya tanggung jawab besar: sebagai fasilitator, motivator, perekayasa pembelajaran, sekaligus teladan. Penelitian menyebutkan bahwa dalam konteks pendidikan Islam, guru harus mampu mengajar dengan hati, mengintegrasikan nilai keimanan dan ketakwaan dalam pembelajaran.
Ketika kedua kepemimpinan ini berjalan bersama—kepala sekolah menciptakan budaya, guru melaksanakan dan menjadi teladan—maka sekolah Islam dapat menjadi tempat di mana nilai keikhlasan, kejujuran, tanggung-jawab, dan cinta belajar tumbuh subur.
Tantangan dan harapan
Tentunya, dalam kenyataannya, banyak tantangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah terkendala dalam menjalankan strategi untuk meningkatkan kompetensi guru PAI karena berbagai faktor seperti dana, infrastruktur, atau ketidakmauan guru sendiri.
Begitu juga, gaya kepemimpinan yang kurang persuasif atau top-down saja bisa membuat guru merasa kurang dihargai, sehingga semangatnya menurun.
Ejournal UIN Bukittinggi
Namun, di sisi lain, saya meyakini bahwa pendidikan Islam memiliki kekuatan internal yang besar: nilai-nilai spiritual dan akhlak yang dapat menjadi pendorong untuk perubahan. Kepala sekolah dan guru yang benar-benar memahami makna “khadimah” (pelayan) dalam kepemimpinan islami—sebagaimana disebut dalam penelitian tentang etika komunikasi dalam kepemimpinan islami—akan membawa perubahan yang lebih dalam.
Saya berharap bahwa ke depan, dalam lingkungan sekolah Islam (baik madrasah maupun sekolah umum dengan program PAI), muncul lebih banyak kepala sekolah dan guru yang:
Mengutamakan keteladanan sebelum sekadar instruksi: hadir tepat waktu, adil, konsisten dalam nilai.
Membina hubungan personal dengan guru dan siswa: tak hanya manajemen, tetapi mendengarkan dan merasakan kebutuhan mereka.
Berorientasi pengembangan kompetensi: menyediakan pelatihan, ruang dialog, inovasi pembelajaran.
Membumikan nilai-nilai Islam: kejujuran, amanah, tanggung jawab sosial, bukan sekadar materi pelajaran.
Penutup
Dalam dunia yang terus berubah cepat ini, pendidikan Islam tidak boleh hanya menjadi “tempat cetakan” generasi yang bisa hafal surat pendek, tetapi generasi yang mampu berpikir kritis, berkarakter mulia, beradaptasi dengan perubahan, dan berkontribusi pada masyarakat. Dan untuk itu, kepemimpinan guru dan kepala sekolah bukan sekadar pelengkap — melainkan kunci utama.
Saya sebagai mahasiswa melihat bahwa jika sekolah Islam bisa menguatkan kepemimpinan yang lembut namun tegas, yang inspiratif namun grounded pada nilai-nilai Islam, maka saya yakin: generasi muda kita akan tumbuh menjadi insan camp-un (bercampur) antara kualitas akademik dan kedalaman spiritual. Dan semoga—dengan izin Tuhan—oleh kepemimpinan yang baik di sekolah, kita bisa menyongsong pendidikan Islam yang tidak hanya “beragama” tetapi “berperadaban”.
Nama: zakiyatul fajriyah
Kelas: MPI 3
NIM: 202420479
