Meneguhkan Kepemimpinan, Menggerakkan Pengembangan SDM: Harapan Pendidikan Masa Depan
Dalam era yang terus bergulir dengan perubahan cepat baik teknologi, sosial, maupun global institusi pendidikan menghadapi tantangan besar dalam memastikan bahwa bukan hanya fasilitas atau kurikulum yang diperbarui, melainkan sumber daya manusia-nya turut dipersiapkan dalam kedalaman dan keluasan. Di tengah kompleksitas ini, saya yakin bahwa kepemimpinan yang tulus dan inovatif menjadi kunci utama untuk menggerakkan pengembangan SDM pendidikan.
Pertama, kepemimpinan di institusi pendidikan baik pada level sekolah maupun perguruan tinggi harus lebih dari sekadar mengatur. Kepemimpinan harus bermakna: menginspirasi, memberdayakan, dan menjadi agen perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan misalnya gaya transformasional, partisipatif, dan distribusi wewenang memiliki pengaruh signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM dan kualitas pembelajaran. Sebagai contoh, studi di Indonesia mengungkapkan bahwa kepala sekolah yang menerapkan model kepemimpinan transformasional dan partisipatif menghasilkan peningkatan kinerja guru dan motivasi kerja.
Kedua, pengembangan SDM dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manajemen SDM yang strategis. Institusi pendidikan harus memiliki visi dan misi yang jelas, menyusun strategi pengembangan kompetensi baik hard skill maupun soft skill dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk pembelajaran berkelanjutan. Misalnya, penelitian di bidang SDM kompetensi di perguruan tinggi menyebut bahwa proses pengembangan meliputi rekrutmen selektif, pelatihan, pengembangan soft/hard skills, dan evaluasi kinerja secara sistematis.
Ketiga, kepemimpinan dan pengembangan SDM harus berjalan beriringan. Kepemimpinan yang baik menyediakan arah, memfasilitasi kolaborasi, dan membuka ruang bagi setiap individu untuk tumbuh sementara pengembangan SDM menyediakan bahan bakar bagi kepemimpinan tersebut untuk memimpin dengan efektif. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks sekolah, kepala sekolah yang menerapkan gaya demokratis dan partisipatif membangun lingkungan kerja kolaboratif, memberikan kesempatan pelatihan, dan mengembangkan etika dan tanggung jawab sosial guru-gurunya.
Keempat, dalam realitas kita di Indonesia di mana keberagaman, keterbatasan sumber daya, dan perubahan cepat menjadi bagian dari tantangan maka kepemimpinan harus sensitif terhadap konteks. Kepemimpinan yang inklusif, adaptif terhadap teknologi, dan menghargai kemanusiaan akan menjadi pondasi pengembangan SDM yang bermakna. Sebagai contoh, riset menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan digital dan inovasi tenaga kerja menjadi aspek penting dalam manajemen human capital di pendidikan.
Namun demikian, saya juga ingin menggarisbawahi beberapa catatan reflektif yang perlu kita hadapi bersama:
Meski kepemimpinan transformasional dan manajemen SDM strategis sangat ideal, tapi di banyak institusi tantangan nyata seperti keterbatasan pelatihan, budaya organisasi yang belum mendukung, atau kurangnya reward & motivation tetap terjadi.
Pengembangan SDM tidak hanya soal meningkatkan kompetensi teknis, tetapi juga memperkuat karakter seperti empati, etika, kolaborasi karena pendidikan sejatinya bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi membentuk manusia.
Kepemimpinan yang baik harus menjaga keseimbangan antara arah dan kebebasan: memberikan arahan dan visi, sekaligus membuka ruang kreativitas dan inisiatif para guru, staf, dan peserta didik.
Institusi pendidikan harus memandang SDM sebagai investasi jangka panjang bukan sebagai biaya semata karena kualitas manusia yang mengajar dan memfasilitasi pembelajaran akan langsung berdampak pada kualitas pembelajaran dan hasil pendidikan.
Sebagai mahasiswa yang mengamati dan menikmati proses pendidikan, saya merasa terpanggil untuk menyerukan bahwa kita semua mahasiswa, pendidik, pimpinan, pembuat kebijakan memiliki tanggung jawab bersama. Tanggung jawab untuk memastikan bahwa kepemimpinan di setiap unit pendidikan tidak hanya formal, tetapi juga substansial; bahwa pengembangan SDM tidak hanya episodik, tetapi sistemik dan berkelanjutan.
Akhirnya, saya meyakini bahwa bila kepemimpinan dan pengembangan SDM pendidikan dikelola dengan hati dan visi bersama, maka kita bukan hanya mempersiapkan lulusan yang cakap secara akademik, tetapi juga manusia yang memiliki kematangan karakter, kapasitas adaptif, dan semangat kontribusi untuk masyarakat. Pendidikan bukan hanya menghasilkan lulusan, tetapi juga kehidupan yang lebih baik melalui orang-orang yang dibentuk oleh kepemimpinan yang bijak dan pengembangan SDM yang berdaya.
Oleh: Izzah Nadjwa Azzahra (Manejemen Pendidikan Islam 3) 202420470
