Membangun Pendidikan Islam yang Bermakna: Antara Manajemen Administrasi yang Efisien dan Kepemimpinan yang Visioner
- Relevansi dan kualitas: Tanpa manajemen yang baik, lembaga pendidikan Islam bisa saja memiliki sistem administrasi yang lemah, budaya mutu rendah, dan komitmen kelembagaan yang kurang. Kepemimpinan yang kurang visioner memunculkan stagnasi, bukan inovasi.
- Efisiensi dan akuntabilitas: Dunia pendidikan menuntut hasil yang nyata bukan hanya kehadiran proses, tetapi juga keluaran (output) dan dampak (outcome). Manajemen efektif memfasilitasi pemanfaatan sumber daya secara optimal, pengorganisasian yang sinergis, dan pengawasan yang tertata.
- Nilai Islami: Pendidikan Islam memiliki misi ganda tidak hanya penguasaan akademik, tetapi juga pembentukan insan berakhlak dan berjiwa Islam. Kepemimpinan yang berbasis keteladanan (spiritual-leadership) menjadi sangat krusial dalam memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya tercantum di kurikulum tetapi hidup dalam praktik harian.
Namun, dalam praktiknya, banyak lembaga pendidikan Islam menghadapi hambatan. Studi menunjukkan bahwa sistem administrasi lembaga Islam pada banyak kasus masih lemah; budaya mutu belum kuat; dan kepemimpinan masih bersifat tradisional, sangat bergantung pada figur sentral. Di era disrupsi dan perubahan cepat (teknologi, globalisasi, tuntutan kompetensi abad 21), kepemimpinan dan manajemen harus adaptif mampu mengintegrasikan teknologi, inovasi pembelajaran, dan kemitraan dengan masyarakat.
Sebagai mahasiswa yang peduli akan masa depan pendidikan Islam di negeri ini, saya merasa optimis sekaligus prihatin. Optimis karena banyak kajian dan praktik yang menunjukkan bahwa lembaga-lelmbaga Islam sesungguhnya punya potensi besar baik dari sisi moral, spiritual, jejaring umat, maupun keunggulan lokal budaya. Prihatin karena jika manajemen dan kepemimpinan tidak sigap merespon perubahan, maka lembaga-lembaga tersebut bisa tertinggal, bahkan gagal memenuhi harapan generasi baru yang butuh relevansi dan kualitas.
Saya menilai bahwa langkah-penting yang harus dilakukan adalah:
- Peningkatan kapasitas kepemimpinan melalui pelatihan, mentoring, dan “leadership coaching” yang berbasis nilai-nilai Islam dan juga kompetensi manajerial modern.
- Modernisasi administrasi dan manajemen digitalisasi data, sistem informasi manajemen sekolah/madrasah, standardisasi prosedur operasional tetap namun fleksibel untuk inovasi.
- Kolaborasi dan kemitraan antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat, dunia industri, alumni, bahkan lembaga lain (baik nasional maupun internasional), agar pembelajaran dan pengembangan siswa/mahasiswa tidak terisolasi.
Pendidikan Islam memiliki potensi transformatif yang luar biasa untuk membentuk manusia berakhlak, kompeten, bermasyarakat. Agar potensi ini dapat terwujud, maka manajemen administrasi yang baik dan kepemimpinan yang visioner dan berkarakter harus berjalan selaras. Tidak boleh salah satu dijadikan prioritas tunggal; keduanya harus saling mendukung. Sebagai mahasiswa dan generasi pemangku masa depan, kita pun punya peran: menjadi bagian dari solusi melalui kritik konstruktif, partisipasi aktif, dan kehidupan kampus yang mencerminkan nilai-nilai Islam yang kita perjuangkan.
Semoga lembaga-lembaga pendidikan Islam kita terus berkembang dan relevan, menjadi ruang tumbuh bagi insan yang bukan hanya pintar, tetapi juga mulia.
Oleh: Samiyatul Firdaus (Mahasiswa Prodi MPI Fakultas Tarbiyah INHAFI Bawean)
